Pusat Studi Betawi Sangat Penting di Perguruan Tinggi
April 24, 2016
Prof. Dr. H. Dailami Firdaus pada acara Peresmian Pusat Studi Betawi UIA
Jakarta (DFC) ~ Dalam persaingan global saat ini, masyarakat Betawi harus mengambil peran dan bukan hanya menonton dari kejauhan, sehingga perlu adanya Pusat Studi Betawi (PSB) di Perguruan Tinggi. Demikian sambutan Prof. Dr. H. Dailami Firdaus sebagai inisiator PSB di Kampus Universitas Islam As-Syafi’iyah, Sabtu 18 April 2015.
Pusat Studi Betawi diresmikan di UIA dan kepengurusannya dilantik langsung oleh Rektor UIA, Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS, MA, dimana dalam acara itu juga digelar Studium Generale yang di isi oleh Mayjen TNI (Purn) H. Nachrowi Ramli SE, berthema “Komunikasi Santun di Tanah Betawi”.

Prof. Dr. Hj.Tutty Alawiyah AS, MA (Rektor UIA)
Hadir dalam acara itu, selain dari Civitas Akademika UIA, juga dihadiri tokoh-tokoh Betawi yakni H. Effendi Yusuf SH, Dr. Abdul Azis Khafia, S.Si., M.Si, KH. Saefuddin Amsir, Drs. H. Husein Murad M.Si selaku Wakil Walikota Jakarta Timur dan lain-lain, kemudian tokoh masyarakat dari berbagai lembaga dan ormas Betawi seperti Bamus, Forkabi, LKB, pengurus dan anggota BKMT, insan pers (Jurnalis), juga tamu istimewa dari Negara Malaysia dan Amerika Serikat, K.H. Imam Syamsi Ali yang telah 20 tahun sebagai Imam Masjid di AS.
“Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas terealisirnya Pusat Studi Betawi di Universitas Islam As-Syafi’iyah sebagai Kampus Terpadunya Ilmu dan Agama. Dan ada empat pilar utama yang dalam sebuah Universitas yang Modern, yaitu Research Quality, Teaching Quality, Graduate Quality, dan International Outlook. UIA berupaya terus menjadikan kampus tercinta ini menggunakan konsep universitas berbasis riset,” papar Senator DPD-RI dari Jakarta itu.

Studium Generale oleh Mayjen TNI (Purn) H. Nachrowi Ramli, SE.
Menurut cucu Kiyai Kondang dari Betawi K.H. Abdullah Syafi’ie, bahwa hal itu dilakukan agar kedepan UIA mampu menjadi kampus yang diakui karena kualitas yang menjadi kebanggaan semua, khususnya masyarakat Betawi. “Peningkatan SDM mutlak dilakukan, terutama dalam bidang pendidikan. Saya mempunyai komitmen kuat mendorong proses tersebut, apalagi saat ini saya diamanahi oleh warga Jakarta sebagai Senator dari DKI Jakarta, Senatornya orang Betawi,” ujar H. Dailami Firdaus.
Anggota DPD-RI itu juga menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu, terutama Rektor UIA, Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS, MA dan juga tokoh-tokoh masyarakat Betawi serta lainnya yang rela memberikan sumbangan tenaga, pikiran dan waktunya untuk berdirinya Pusat Studi Betawi ini. “Semoga UIA semakin jaya, Betawi semakin sukses,” tambah H. Dailami Firdaus.
Dalam Studium Generale yang disampaikan H. Nachrowi Ramli mengatakan, bahwa komunikasi dua arah dapat terbangun apabila masing-masing lawan bicara secara enteng menyampaikan maksud dan tujuan. Sesuatu yang ringan disampaikan, maka akan mudah untuk mencapai kesepakatan. Saking mudahnya membuat kesepakatan, acapkali orang Betawi dikenal sebagai orang yang paling toleran dalam menghadapi banyak realitas sosial. “Komunikasi santai tapi menjaga etika gaya nyak babe kita, sekarang diadopsi oleh komunikasi modern,” ujar Nachrowi Ramli yang akrab dipanggil Bang Nara.
Di tengah era globalisasi tanpa batas dan muncul semangat untuk membangun Global Village (perkampungan global) yang akan mengakrabkan penduduk antar suku dan bangsa. “Tetapi ternyata beberapa hari belakangan ini di tanah Betawi, kita dipertontonkan komunikasi yang berat dan sarat caci maki, bahkan kebun binatang ikut-ikutan terucap. Apakah ini komunikasi santun ala Betawi? Ketika semua umpatan muncul di ruang-ruang publik yang sangat dihormati oleh semua warga Jakarta dan juga Rakyat Indonesia?” ujar Bang Nara dengan nada bertanya.
Semua hadiri di seluruh ruangan dengan serentak dan tegas menjawab, “Bukaaaann….!” Untuk itulah Bang Nara menyampaikan bahwa komunikasi menurut termin ilmu komunikasi adalah percapakapan dua arah mengenai suatu persoalan. Dalam termin ilmu politik, komunikasi dapat menjadi komunikasi politik yang juga mengedepankan tujuan politik, tetapi dengan partisipasi dua arah.
Ibunda Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS, MA dalam sambutannya mengatakan, bahwa Pusat Studi Betawi yang didirikan di Kampus UIA sebagai penerus cita-cita dari Pendiri Pendidikan Tinggi As-Syafi’iyah, yakni K.H. Abdullah Syafi’ie, dimana Kiyai kondang Betawi yang disebut sebagai tokoh yang dikenal dengan julukan ‘Macan Betawi Kharismatik’. “Saya dan Ayah saya sebagai orang keturunan Betawi sangat menginginkan adanya persatuan dan kebersamaan di Kampus UIA ini, tentunya Pusat Studi Betawi di Kampus UIA sangat penting,” ujar Rektor UIA.
Hj. Tutty Alawiyah AS mengajak semuayang hadir untuk menyanyi bersama, dimana syair lagu tersebut yakni, “Every Night, Every Day, don’t forget to say: la ilaha illallah.” Tentunya apa yang dilantunkan oleh Rektor UIA itu mengajak kepada kita semua untuk setiap waktu atau setiap saat untuk menyatakan Tiada Tuhan Selain Allah, sesuai dengan motto UIA, Kampus Berpadunya Ilmu dan Agama.
Acara Peresmian dan Pelantikan Pusat Studi Betawi UIA serta Studium Generale itu juga menampilkan tarian khas Betawi, “Nandak Ganjen”, Paduan Suara dari Mahasiswa-Mahasiwi Kampus UIA, Hadroh Marawis dari Mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) UIA, Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an dari Pesantren Khusus Yatim As-Syafi’iyah.