Tak ada Pondok Pesantren Anti NKRI
April 25, 2016Demikian dikemukakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat bersilaturahim dengan keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Agro Nuur el-Falah, Pulutan, Salatiga, Senin (6/4) petang.
Menag mengatakan, selain itu Ponpes sangat berperan penting sebagai jantung pendidikan Islam dalam menjaga ke-Indonesiaan hingga sekarang. “Tidak ada pondok pesantren yang anti NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), yang mengharamkan hormat bendera dan melarang menyanyikan Indonesia Raya,” tegas Lukman Hakim.
Ikut dalam rombongan Menag, Direktur Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Amsal Bachtiar, Kepala Pusat Informasi dan Humas Rudi Subiyantoro, Kepala Kanwil Kemenag Jateng Ahmadi, Kepala Kankemenag Kota Salatiga, dan Kabag TU Pimpinan Khoirul Huda.
Seperti disiarkan laman kemenag.go.id, Selasa, Menag mengatakan, kontribusi dan semua hal tentang peran hebat dan keberkahan pesantren ini tidak berjalan dengan sendirinya, tetapi berkat perjuangan keras, keikhlasan, dan kecintaan para ulama terdahulu. Para ulama, kiai, dan ustadz telah berkontribusi luar biasa kepada bangsa.
Alumni dari Universitas Islam As-Syafi’iyah itu mengungkapkan, karena kerja keras dan keikhlasan mereka, ponpes mampu menjaga Islam ahlussunnah wal jama’ah yang rahmatan lil alamin, toleran dan mampu hidup di tengah keragaman.
Menag melihat, apa yang dilakukan para ulama tersebut sejalan dengan misi Kemenag yang terus berupaya memperkuat kualitas pemahaman dan pendidikan keagamaan dan kerukunan antar umat beragama. “Apa yang dilakukan para ulama kita, yang mengajar dan mendidik dengan dasar cinta dan keikhlasan, senantiasa mendatangkan keberkahan,” harap Menag.
Di hadapan para santri dan wali santri, Lukman Hakum mengingatkan bahwa tugas utama dan pertama para santri, adalah belajar. “Tugas santri adalah belajar, belajar dan belajar. Bersyukurlah, karena antum semua mendapat kekhususan dari Allah Swt. Tidak semua anak mempunyai kesempatan untuk mondok,” terang Menag.
Lukman Hakim menambahkan, pondok pesantren hampir selama 24 jam penuh mengajarkan nilai-nilai kebajikan. Apa yang kita dengar, kita lihat, dan kita rasakan, lanjut Menag, hakikatnya semua mengandung unsur pendidikan dan kebajikan. “Manfaatkan waktu yang ada di pondok untuk belajar. Saya menyesal karena pas mondok kurang serius belajar, karenanya banyak ilmu dan pengetahuan yang belum saya pelajari,” sesalnya ketika menceritakan pengalaman saat mondok.
Ponpes Agro Nuur el-Falah yang didirikan pengusaha Dharmo Supono pada 2002 ini, diasuh oleh KH Usman Mansur. Para santri rata-rata berasal dari kalangan bawah dan dari daerah konflik seperti NTT, Poso, Aceh dan lain sebagainya.