Provinsi Gyeonggi Incar Mitra Bisnis dari Indonesia
April 22, 2025JAKARTA, KOMPAS — Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan, mengincar mitra bisnis di Indonesia. Mereka pun membuka kantor Gyeonggi Business Center di Jakarta guna menjembatani entitas bisnis di Korea Selatan dengan Indonesia guna menjajaki peluang kerja sama.
Vice President Gyeonggido Business and Science Accelerator (GBSA) Kim Byeonggi dalam peresmian kantor Gyeonggi Business Center (GBC), Selasa (22/4/2025), di Jakarta, menuturkan, GBSA merupakan lembaga yang didirikan untuk meningkatkan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM) di Provinsi Gyeonggi melalui dukungan komprehensif dan sistematis dalam hal mendirikan usaha dan investasi. Selain itu, dalam hal komersialisasi dan ekspansi global.
Untuk mendukung ekspansi global UKM Gyeonggi, GBSA mengoperasikan GBC di 19 lokasi di 14 negara. GBC merupakan platform bisnis internasional yang dibangun dan dikelola Pemerintah Provinsi Gyeonggi. GBC adalah satu-satunya infrastruktur dukungan ekspor yang dimiliki Provinsi Gyeonggi.
Hubungan Indonesia dan Korea Selatan dimulai sejak 1973. Setelah itu, kedua negara terus memperkuat kerja sama ekonomi. Sejak dimulainya Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan pada 1 Januari 2023, volume perdagangan kedua negara terus menunjukkan tren positif, yakni lebih dari 20 miliar dollar AS.
Dengan adanya kantor perwakilan bisnis, terbuka kesempatan besar bagi GBC Jakarta untuk melangkah ke tahap berikutnya. Apalagi, Indonesia merupakan negara penting di ASEAN yang memimpin integrasi politik dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia juga memiliki kekuatan geografis yang menghubungkan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dengan demikian, Indonesia menjadi titik utama dalam sektor logistik. Indonesia memainkan peranan sentral yang mendapat perhatian global.
Ke depan, GBSA akan menjadikan GBC Jakarta sebagai platform utama untuk memperluas perdagangan di antara kedua negara. Selain itu, meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, antara lain kota cerdas (smart city), transportasi, lingkungan, dan profesional. Kemudian, memperkuat kerja sama pembangunan berkelanjutan, seperti transportasi, lingkungan, dan kesehatan.
”Korea Selatan dan Indonesia telah menjalin kerja sama ekonomi dan berbagai bidang 50 tahun terakhir ini. Kami berharap kerja sama ini terus berlanjut hingga 50 tahun ke depan. Melalui pembukaan GBC Jakarta, hubungan Indonesia dan Korea Selatan dapat semakin berkembang dan mendorong kerja sama yang berkelanjutan,” tuturnya.
Sementara Director General Gyeonggi Business Center Jakarta Shin Ho Jin menyampaikan, tujuan pendirian GBC di Jakarta adalah untuk menjadi jembatan entitas bisnis Korea Selatan mencari mitra bisnis yang baik di Indonesia. Kerja sama itu misalnya di bidang teknologi sehingga bisa berkembang bersama.
”Sejak lama Gyeonggi tertarik membuka cabang di Jakarta. Sejak setahun lalu dia ditunjuk mempromosikan bisnis Gyeonggi di Indonesia. Dalam setahun terakhir penghasilannya cukup baik sehingga tahun ini saatnya membuka kantor cabang,” ujar Shin.
Di Gyeonggi terdapat banyak produk, misalnya di bidang konstruksi. Pada kesempatan itu juga terdapat penandatanganan nota kesepahaman (MOU) GBC dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). Dengan MOU itu, kata Shin, terbuka peluang bagi kontraktor Indonesia, misalnya, untuk membuat perumahan lebih efisien serta berkolaborasi untuk menguji produk di lapangan.
”Itu salah satu potensinya,” ujarnya.
Shin menggambarkan Provinsi Gyeonggi seperti Jawa Barat di Indonesia. Jumlah penduduk Gyeonggi 13,69 juta jiwa. Lokasinya dekat dengan Seoul, ibu kota Korea Selatan, sehingga optimal untuk membangun pabrik di Gyeonggi. Gyeonggi juga memiliki teknologi terbaik secara industrial. Dengan demikian, diharapkan akan banyak kerja sama di Indonesia.
Berdasarkan data dari GBSA, provinsi tersebut memiliki produk domestik regional bruto senilai 593 triliun won atau berkontribusi 24,7 persen secara nasional. Dari 8,67 juta usaha kecil dan menengah di Korea Selatan, 2,32 juta usaha di antaranya berada di Provinsi Gyeonggi.
Provinsi Gyeonggi memimpin perekonomian sebagai pemerintah provinsi terbesar di Korea Selatan. Provinsi itu disebut sebagai tempat yang memimpin Revolusi Industri ke-4 di berbagai bidang, seperti teknologi informasi, bioteknologi, dan kesehatan, serta menciptakan 60 persen lapangan kerja di negara tersebut.
Konsul Jenderal Republik Korea di Indonesia Kang Won Jun menuturkan, ekonomi Indonesia, khususnya Jakarta, tumbuh secara dinamis di kawasan Asia Tenggara dan memberikan banyak kesempatan untuk berkembang. Provinsi Gyeonggi memiliki kekayaan dalam inovasi bisnis dan sumber daya manusia.
Ini menjadi sarana untuk mencari peluang baru. Dia meyakini hal ini akan membantu masyarakat. Apalagi, saat ini perekonomian dunia sedang mengalami ketidakpastian yang berasal dari tarif impor. Hal itu berdampak besar bagi ekonomi, khususnya masyarakat.
Anggota DPD RI yang juga Ketua Penasihat Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta, Dailami Firdaus, yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan, Indonesia harus memperkuat hubungan bisnis dengan Korea Selatan dalam ketidakpastian perekonomian saat ini. Apalagi, terjadi perang tarif antara Amerika Serikat dan China. Dengan kondisi bisnis kurang bagus saat ini, diperlukan kerja sama dan upaya membangun jejaring.
Korea Selatan memiliki teknologi serta investasi besar di Indonesia. Oleh sebab itu, banyak peluang di sana. Keberadaan kantor GBC di Jakarta dapat mempermudah komunikasi guna mencari peluang kerja sama.
Selanjutnya, bagaimana mengimplementasikan MOU tersebut dalam berbagai sektor bisnis, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dengan demikian, UMKM Indonesia dan Korea Selatan bisa lebih ditingkatkan.
”Nanti akan dipilah mana yang bisa disinergikan dan diperkuat sehingga UMKM yang ada di Indonesia bisa lebih meningkat dalam hal pemasaran dan teknologi. Termasuk peluang-peluang apa yang bisa dijalankan,” kata Dailami.
sumber : KOMPAS