Peran Keluarga dalam membangun akhlaq mulia
April 30, 2016
Tatkala terjadi persoalan di tengah masyarakat seperti tersebut itu, maka orang segera menyimpulkan bahwa hal itu dipicu oleh faktor ekonomi. Sedemikian penting faktor ekonomi itu, sehingga orang tatkala mengukur keberhasilan hidup keluarga dan masyarakat juga dari perkembangan ekonominya. Seolah-olah ekonomi menjadi satu-satunya faktor penentu. Orang sangat percaya pada pandangan itu, hingga pendidikan sekalipun diorientasikan untuk keberhasilan ekonomi masa depan.
Namun anehnya, di tengah-tengah masyarakat yang tidak sehat ——-banyak konflik, tawuran, korupsi, dan lain-lain, para ahli dan juga pemerintah memberikan informasi bahwa ekonomi masyarakat sedang meningkat. Orang kaya bertambah dan sebaliknya orang miskin semakin berkurang. Maka, di tengah masyarakat kita terjadi gambaran yang agaknya tidak mudah dimengerti. Semakin kaya masyarakatnya, tidak selalu diikuti oleh kedamaian dan kesejahteraannya. Rumahnya semakin baik, kendaraannya semakin modern, tetapi masih terjadi konflik, tawuran, dan semacamnya itu.
Peningkatan tingkat ekonomi, ternyata tidak selalu menjamin terwujudnya kehidupan keluarga yang damai. Padahal setiap orang tidak saja ingin kaya tetapi juga merasa damai dan sejahtera. Untuk meraih kesejahteraan dan kedamaian diperlukan biaya atau ekonomi yang baik. Akan tetapi ternyata, tidak semua orang yang berhasil mengembangkan ekonominya selalu merasa damai dan sejahtera.
Masyarakat kota banyak yang ekonominya sudah mapan. Mereka telah menjadi orang kaya. Akan tetapi tidak semuanya merasa damai dan sejahtera. Problem-problem rumah tangga selalu ditemui. Penyalahgunaan obat terlarang, hubungan bebas, dan sejenisnya, yang membikin galau dan sedih, justru banyak terjadi di kalangan keluarga yang berpunya ini. Selain itu, anggapan orang pada umumnya, bahwa tawuran hanya pantas dilakukan oleh masyarakat primitif, tetapi ternyata anak-anak kota pun juga melakukannya.
Melalui gambaran sederhana tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa memang menjadi kaya itu penting, tetapi kekayaan tidak selalu berhasil mengantarkan seseorang pada suasana kedamaian dan kesejahteraan. Kedamaian bersumber pada akhlak masyarakatnya. Manakala ekonomi masyarakat bagus, cerdas, dan akhlaknya mulia, maka di sana akan terbangun kedamaian. Keadaan masyarakat seperti itu terwujud manakala, keluarga-keluarga di tempat itu juga terpenuhi ekonominya, pendidikannya, dan juga akhlaknya terpelihara.
Sarana membangun akhlak yang mulia itu adalah kitab suci, tempat ibadah, dan juga tauladan dari para pemimpin masyarakat itu. Oleh sebab itu al Qur’an harus ada di setiap rumah tangga dan dibacanya. Di masyarakat itu ada masjid atau mushala yang digunakannya untuk shalat berjamaah pada setiap waktu oleh anggota masyarakatnya. Selain itu, di masyarakat itu terdapat orang-orang yang dituakan, baik dilihat dari umur, ilmu, dan perilakunya.
Manakala ketiga hal tersebut tersedia, dan benar-benar dimanfaatkan oleh semua keluarga di masyarakat itu, maka kedamaian dan kesejahteraan keluarga sebagai basis kehidupan masyarakat akan terwujud. Oleh karena itu membangun keluarga yang damai dan sejahtera selalu diperlukan sumber ekonomi untuk menjamin keberlangsungan hidup, kitab suci agar tidak sesat, tempat ibadah untuk membangun spiritual dan kebersamaan, dan tauladan dari orang-orang yang dituakan. Banyaknya tawuran di tengah masyarakat pada akhir-akhir ini, mungkin disebabkan oleh sendi-sendi kehidupan dimaksud masih ada yang kurang atau tidak dijalankan. Wallahu a’lam.